LDII Minta Pemerintah Fokus Ketahanan Pangan dan Beri Perlindungan pada Petani

Ketahanan pangan
Ilustrasi ketahanan pangan (Foto: ekonomi.bisnis.com)

JAKARTA, LINES.id – Wabah virus corona memicu pertanyaan besar, sejauh mana ketahanan pangan dan kemandirian nasional terkait dengan pangan. Pasalnya, ketahanan pangan nasional saat ini, masih bergantung dengan manajemen impor pangan. Akibatnya, petani kerap terpukul ketika masa panen bersamaan dengan saat impor pangan.

“Dalam sejarah nenek moyang bangsa Indonesia, sejak zaman Sriwijaya, Majapahit, Demak, dan kerajaan-kerajaan lainnya, belum pernah Indonesia mengimpor. Justru kerajaan-kerajaan itu mengekspor beras ke mancanegara,” ujar Ketua DPP LDII Prasetyo Sunaryo.

Prasetyo mengingatkan, ketahanan pangan sangat strategis dalam geoekonomi dan geopolitik. Pangan bisa menjadi alat diplomasi di masa depan, selain air dan energi. Memulai ketahanan pangan, LDII telah berupaya dengan menyuburkan kembali tanah-tanah pertanian yang struktur tanahnya rusak oleh pupuk kimia, “Arief Iswanto anggota Dewan Pakar LDII telah menyuburkan lahan-lahan pertanian yang mengeras karena pupuk kimia dengan pupuk alam di daerah Sukabumi. Terbukti tanah kembali subur, dengan hasil 6 ton per hektar,” ujar Prasetyo Sunaryo.

Baca juga: Siapkan Strategi Hadapi Krisis Pangan, LDII Gelar Webinar Bertajuk Ketahanan Pangan

Baca juga: Ancaman Krisis Pangan di Tengah Pandemi Covid-19, LDII Inisiasi Jejaring Kolaborasi Pangan

 

Di area tersebut, Arief mengembangkan pembuatan pupuk alam, tanaman cokelat dan kopi. Produk-produk pertanian tersebut, sudah diminati kafe-kafe di Eropa. Prasetyo Sunaryo mengingatkan, ketahanan pangan sangat bergantung dari pemerintah sebagai regulator dan petani di sisi lain, yang selalu kreatif dan inovatif untuk meningkatkan produksi pertanian.

Petani vs Pemerintah…

Follow Berita Lines Indonesia di Google News.

Follow Channel WhastApp Lines Indonesia di WhastApp.