JAKARTA, LINES.id – Deputi lima Badan Intelijen Negara (BIN) Afini Boer menyatakan puncak penyebaran Covid-19 di Indonesia yakni 60 hingga 80 hari. Atau jatuh pada bulan Mei sejak diumumkannya pasien positif corona pada 2 maret lalu.
Hal ini dipicu juga dari contoh pemodelan China bahwa puncak penyebaran covid-19 diperkirakan 60 hari ini tergolong cepat menurun.
Selain itu jika mengacu pada pemodelan inggris diperkirakan memuncak pada 130 hari.
Menurut Afini Boer seperti dilansir kompas.com, tantangan yang di hadapi oleh Indonesia yang perlu di hindari yakni satu orang bisa menyebar ke ribuan orang atau disebut super spider.
Penyebaran super spider ini bisa terjadi di beberapa transportasi publik melihat 500 ribu pengguna transportasi di indonesia cukup banyak dari wilayah Bogor dan Depok.
Upaya yang bisa dilakukan oleh pemerintah yakni membatasi suatu wilayah atau biasa disebut containment namun bagi BIN, upaya pemerintah sudah sangat baik dari segi komunikasi dan penanganan juga pencegahan.
Mengenai hal ini, Afini juga menghimbau masyarakat untuk tidak perlu khawatir.
“Menurut para pakar, sekitar 10% warga akan terjangkit virus corona jika berhasil ditangani dengan baik. Namun akan menyentuh 40-60% bila tidak tertangani dengan baik,” ujar Afini Boer.
Minta Pemerintah Antisipasi
Menanggapi prediksi tersebut, Ketua Komisi I DPR RI, Meutya Hafid menegaskan, Pemerintah harus sudah menyiapkan protokol tertentu. Mengingat tingginya intensitas kegiatan yang melibatkan massa pada bulan puasa.
“Dari BIN bahwa puncaknya kemungkinan akan terjadi di bulan puasa, kita tahu banyak sekali bahkan tiap hari salat tarawih akan dilakukan, apakah akan restriksi di masjid-masjid karena memang pertemuan di atas 100 dibatasi di beberapa negara. Protokol kita seperti apa. Harus sudah disiapkan dari sekarang,” ungkapnya seperti dikutip liputan6.com.
Sementara Direktur Eksekutif CSIS Philips J Vermonte meminta pemerintah untuk menguatkan investasi di bidang riset. Dengan demikian, perhitungan dan hasil yang diperoleh bisa lebih baik.
“Tes yang dilakukan kalau nggak salah baru 800 sampel. Terlalu sedikit. Jangan-jangan kalau sampelnya sedikit, case-nya sedikit model statistik yang dibuat tadi 60-80 (hari) bisa meleset. Alhamdulillah kalau lebih pendek, kurang dari 60 hari. Jangan-jangan, karena sampel kita sedikit, kesimpulan kita jadi waktunya lebih pendek,” ungkapnya.
Riset yang baik, kata dia, bisa menjadi salah satu alat yang dapat dipakai pemerintah untuk mengetahui situasi sebenarnya yang terjadi di di tengah masyarakat.
“Biaya melakukan itu kalau tidak salah Rp 700.000. Jadi pemerintah kan bayar. Jadi pemerintah harus invest untuk bisa lakukan lebih banyak test sehingga kita lebih tahu kondisi sebenarnya di lapangan,” tandasnya.
Follow Berita Lines Indonesia di Google News.
Follow Channel WhastApp Lines Indonesia di WhastApp.