FKUB Pasangkayu Gelar Sosialisasi Pencegahan Intoleransi, Radikalisme, Ekstremisme dan Terorisme

FKUB Pasangkayu
FKUB Pasangkayu menggelar sosilasasi bertajuk "Pencegahan Intoleransi, Radikalisme, dan Toleransi" pada Sabtu (14/6/2025).

PASANGKAYU, LINES INDONESIA – Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) Kabupaten Pasangkayu menggelar kegiatan sosialisasi bertajuk “Pencegahan Intoleransi, Radikalisme, Ekstremisme, dan Terorisme” pada Sabtu (14/6/2025). Kegiatan ini berlangsung di Aula Pusat Layanan Haji dan Umrah Terpadu (PLHUT) Kementerian Agama Kabupaten Pasangkayu.

Acara ini merupakan bagian dari upaya intensif FKUB bersama stakeholder terkait dalam membentengi masyarakat dari ancaman ideologi kekerasan dan paham menyimpang yang berpotensi merusak keutuhan kehidupan berbangsa dan beragama. Sosialisasi ini juga menjadi sarana penguatan moderasi beragama di wilayah perbatasan seperti Pasangkayu.

Berbagai elemen masyarakat hadir dalam kegiatan ini. Di antaranya para camat se-Kabupaten Pasangkayu, perwakilan dari Badan Kesatuan Bangsa dan Politik (Kesbangpol), Kantor Kementerian Agama Kabupaten Pasangkayu, serta perwakilan dari berbagai organisasi kemasyarakatan (ormas) dan keagamaan. Turut hadir pula pengurus dari sejumlah ormas Islam seperti Lembaga Dakwah Islam Indonesia (LDII), Muhammadiyah, Wahda Islamiyah, Hidayatullah, dan Jamaah Tabligh.

Selain itu, organisasi Hindu dan Forum Umat lainnya seperti PHDI, WHDI, FAROKI, dan FISD juga ikut ambil bagian. Tidak ketinggalan, para pimpinan pondok pesantren seperti Ponpes Imam Syafi’i dan Ponpes Ashabul Kahfi pun turut serta dalam acara ini.

Baca juga: Kejati Sulsel dan LDII Gelar Penyuluhan Hukum di SMA Plus Budi Utomo Makassar

Sebagai narasumber utama dalam kegiatan tersebut, hadir AKBP Joe Budi Harahap yang merupakan Kepala Satuan Wilayah (Kasatwil) Provinsi Sulawesi Barat. Dalam paparannya, AKBP Joe menekankan bahwa intoleransi kerap kali menjadi pintu masuk bagi tindakan radikal dan terorisme. “Intoleransi lebih mudah terjadi dibandingkan terorisme. Intoleransi muncul saat seseorang merasa keyakinannya paling benar dan menolak eksistensi pemahaman lain,” ujarnya.

Lebih lanjut, ia menjelaskan bahwa radikalisme tidak hanya menyasar umat Islam, tetapi bisa tumbuh pada siapa saja dan dari kelompok agama manapun. “Kita semua di sini memiliki potensi untuk menggerakkan massa. Karena itu, kelompok yang menjadi sasaran radikalisme adalah para tokoh agama (TOGA), tokoh masyarakat (TOMAS), tokoh adat (TODAT), tokoh pemuda (TODA), termasuk aparatur sipil negara (ASN), TNI, dan Polri,” jelasnya.

FKUB Pasangkayu
Dari kanan ke kiri. Ketua FKUB Pasangkayu Jabaruddin Rowar, Ketua DPD LDII Pasangkayu Lukman Efendi, Kasat Binmas Polres Pasangkayu Iptu Ludyanto, Asisten I bidang Pemerintahan Pasangkayu Mulyadi Halim, Kasatwil Sulbar AKBP J BUdi Harahap, Wakil Sekretaris DPD LDII Pasangakayu Mardiyanto, Bagian TIAT DPD LDII Pasangkayu Hamzah Turossydin.

Sebagai bentuk pencegahan, AKBP Joe menegaskan pentingnya menyelenggarakan kegiatan sosialisasi seperti ini secara rutin. “Salah satu langkah kami adalah melakukan pendekatan persuasif dan edukatif. Ini bukan hanya untuk mencegah, tetapi juga memulihkan para eks-narapidana terorisme dan keluarganya,” katanya.

Ia juga menyampaikan kekhawatiran terhadap keterlibatan generasi muda Indonesia dalam jaringan terorisme. “Terorisme tidak terjadi secara tiba-tiba. Ini adalah proses panjang seperti pohon yang tumbuh, berkembang, hingga berbuah. Mereka bisa berubah menjadi pelaku pembunuhan, bahkan bom bunuh diri, demi membunuh orang lain. Lokasi sasarannya pun bisa di mana saja, terutama tempat keramaian,” ujar AKBP Joe.

Selain itu, ia mengingatkan bahwa ekstremisme memiliki ciri-ciri yang berbahaya, seperti sikap eksklusif dan enggan bergaul dengan masyarakat luas. “Bahaya ekstremisme adalah ketika seseorang menganggap aliran di luar kelompoknya salah dan tidak mau bersosialisasi. Dalam menghadapi hal ini, kami tidak bisa bekerja sendiri. Kami sangat membutuhkan kerjasama dari semua pihak,” tegasnya.

Baca juga: Wujudkan Kesalehan Sosial, Warga PC LDII Tamalanrea Kurban 6 Ekor Sapi

Menutup paparannya, AKBP Joe berharap agar pesan yang disampaikannya dapat diteruskan ke daerah masing-masing. “Setidaknya, mulai dari keluarga masing-masing. Meskipun Pasangkayu adalah daerah perbatasan dan menjadi wilayah pelintasan, namun tetap harus waspada,” pesannya.

Dukungan terhadap kegiatan ini datang dari berbagai pihak, termasuk dari Ketua DPD LDII Pasangkayu, Lukman Efendi. Dalam pernyataannya, ia menyampaikan apresiasi dan dukungannya terhadap upaya FKUB dan pihak keamanan dalam menyelenggarakan kegiatan pencegahan intoleransi, radikalisme, ekstremisme, dan terorisme.

Menurut Lukman Efendi, kegiatan seperti ini penting untuk dilakukan secara berkelanjutan. Ia juga menyampaikan masukan kepada penyelenggara agar program ini dapat diintegrasikan ke dalam sistem pendidikan. “Kami berharap program ini bisa dimasukkan ke dalam kurikulum pendidikan formal maupun non-formal. Secara teknis bisa berdiri sendiri atau diintegrasikan ke dalam mata pelajaran seperti Pendidikan Agama atau Pendidikan Kewarganegaraan, yang dulu dikenal sebagai Pendidikan Moral Pancasila,” paparnya.

Di akhir kegiatan, para peserta sepakat bahwa sinergi antar lembaga keagamaan, pemerintah, tokoh masyarakat, dan aparat penegak hukum sangat diperlukan dalam menjaga stabilitas sosial dan mencegah munculnya paham-paham yang bertentangan dengan nilai-nilai kebangsaan dan kemanusiaan.

FKUB Kabupaten Pasangkayu berkomitmen untuk terus membangun komunikasi lintas iman dan memperkuat ketahanan masyarakat melalui pendidikan, dialog, serta kegiatan-kegiatan strategis lainnya. Kegiatan ini diharapkan menjadi awal dari sinergi yang lebih luas dalam upaya membendung pengaruh ideologi kekerasan di tengah kehidupan masyarakat yang majemuk.