Soal Temuan YLKI, Ketum DPP Pinsar Bantah Gunakan Antibiotik pada Unggas

Antibiotik Unggas
Ilustrasi (Foto: freepik.com)

JAKARTA, LINES.id – Ketua Umum DPP Perhimpunan Insan Perunggasan Rakyat Indonesia (Pinsar) Singgih Januratmoko membantah temuan Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) yang mengindikasikan adanya penggunaan antibiotik kepada ayam di peternakan, Senin (19/7/2021).

Sebelumnya, pada Jumat (16/7/2021) lalu, World Animal Protection dan YLKI menyatakan bakteri kebal antibiotik ditemukan pada daging dan sekum (bagian usus) ayam broiler, di sejumlah rumah potong hewan unggas dan gerai penjualan.

Menanggapi temuan tersebut, Singgih mempertanyakan penarikan sampel, dan tak adanya coverboth side dalam pemberitaan hasil penelitian tersebut, yang dipublikasikan oleh kompas.com berjudul: “Bakteri Kebal Antibiotik Ditemukan Pada Daging Ayam, Apa Dampaknya ke Konsumen?”, edisi Jumat (16/7/2021).

Baca juga: Ketum DPP Pinsar: Penerapan PPN Sembako Bakal Rugikan Peternak

DPP Pinsar Indonesia merasa prihatin dengan keadaan ini dan menyampaikan protes keras terhadap YLKI, “Kami menganggap YLKI tidak ambil bagian dalam membangun usaha-usaha peternakan rakyat,” ujarnya.

Penelitian tersebut seharusnya menyebutkan, berapa persen daging yang terkontaminasi dari keseluruhan sampel. Dengan begitu masyarakat memiliki pemahaman yang benar,” ujar Singgih Januratmoko yang juga anggota Komisi VI DPR RI.

Menurut Singgih, penelitian tersebut menjadikan seolah-olah semua peternak menggunakan antibiotik, padahal masih banyak peternak yang tidak menggunakan antibiotik sesuai arahan Kementerian Pertanian.

Tidak Ada Peliputan Dua Sisi

Selain itu, Singgih juga mengkritisi pemberitaan kompas.com, yang tak melakukan peliputan dua sisi atau coverboth side, “Para peternak anggota kami sudah lama meninggalkan pemakaian antibiotik, pemberitaan ini berpotensi membuat bisnis peternak kian terpuruk, sudah jatuh tertimpa tangga lagi,” ujarnya.

Baca juga: Agar Peternak Rakyat Tak Rugi, Ketum Pinsar Minta Kemendag Tetapkan Harga DOC

Menurutnya, rusaknya harga ayam broiler saat ini yang disebabkan oleh jatuhnya harga jual ayam hidup hingga berkisar Rp10.000 per Kg (Harga pokok produksi (HPP) Rp20.000 per Kg). “Pemicu harga jual di bawah HPP, karena over supply juga dipengaruhi oleh daya beli yang menurun dalam masa pemberlakuan PPKM,” ujar Singgih.

Menurut Singgih, larangan penggunaan antibiotik baik pada pakan maupun pada manajemen pemeliharaan ayam telah dilaksanakan dan ditaati secara seksama oleh peternak, “Bahkan pelaksanaannya diawasi sangat ketat oleh Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan beserta jajarannya,” ujar Singgih.

Singgih menegaskan, hasil penelitian itu memiliki andil dalam merusak usaha peternak di dalam kampanye gizi, agar masyarakat mengkonsumsi daging ayam broiler. Selama ini, daging ayam broiler merupakan sumber protein yang sangat mudah, murah, halal dan sudah sangat diminati oleh masyarakat.

Follow Berita Lines Indonesia di Google News.

Follow Channel WhastApp Lines Indonesia di WhastApp.