Negara Adidaya Berebut Pengaruh, Ini Alasan Empat Pilar Harus Diperkuat

Empat pilar
Anggota Komisi VI DPR-RI Singgih Januratmoko.

JAKARTA, LINES.id – Kala dua kekuatan besar dunia, China dan Amerika Serikat berebut pengaruh di Laut China Selatan (LCS), Indonesia bisa terseret pusaran konflik. Pasalnya, perairan Indonesia, sejak abad pertengahan merupakan rute perdagangan internasional. Konflik tersebut, meskipun Indonesia mengklaim sebagai negara netral, akan berdampak besar terhadap politik, sosial, dan ekonomi Indonesia.

“Inilah pentingnya, masyarakat Indonesia bahkan pemerintah daerah memahami pentingnya empat pilar kebangsaan. Dengan empat pilar tersebut, bangsa dan pemerintah Indonesia dapat menjaga kedaulatannya di tengah konflik negara adidaya,” ujar anggota DPR-RI Komisi VI dari Fraksi Partai Golkar, Singgih Januratmoko, Kamis (5/11/2020).

Singgih Januratmoko menyatakan empat pilar kebangsaan Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR), merupakan empat landasan dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara yang terdiri dari landasan ideologi, konstitusi, persatuan dan kesatuan, dan semangat keberagaman sebagai modal sosial membangun kekuatan bangsa Indonesia.

Baca juga: Terapkan TTG, UGM-Sako SPN Dukung Warga Jaten Produktifkan Pekarangan

Baca juga: Pj Ketum LDII: Pentingnya Soliditas Ormas Islam Hadapi Dinamika Global

 

Dengan memahami Pancasila, Undang-Undang Dasar 1945, Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) dan Bhinneka Tunggal Ika, bangsa Indonesia memahami tujuan berbangsa dan bernegara. “Apalagi saat ini, penjajahan bukan lagi dalam bentuk invasi dan pendudukan wilayah dengan perang. Namun, tekanan politik dan ekonomi bisa menjadi alat untuk menjajah bangsa lain,” imbuh Singgih Januratmoko.

EMpat Pilar
Suasana sosialisasi empat pilar kebangsaan MPR yang dilaksanakan oleh anggota Komisi VI DPR-RI Singgih Januratmoko di Sukoharjo, Jawa Tengah, Sabtu (26/9/2020).

Negara-negara maju, telah melakukan investasi besar di Indonesia. Menurut Singgih, bila tak diatur dengan seperangkat aturan yang saling menguntungkan, akhirnya di atas kertas, mungkin bisa menguntungkan. “Namun untuk kepentingan nasional jangka panjang, bukan tak mungkin bangsa Indonesia yang merugi,” imbuhnya.

Bila mengacu kepada empat pilar kebangsaan MPR, membuat pemerintah bisa cermat melihat kepentingan bangsa lain. “Bukan sekadar melihat kepentingan dalam negeri, yang membutuhkan investasi. Namun pada akhirnya bisa sangat merugikan pemerintah dan rakyat,” ujar Singgih.

Ia mengingatkan, dengan Pancasila sebagai pilar pertama, ekonomi yang berbasis gotong royong dapat dilaksanakan. “Praktik ini sangat khas, bukan hanya diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Saling membantu untuk mencapai kemakmuran bersama,” pungkasnya.

Baca juga: Ikuti Forum FBSI Virtual, Dua Prodi FBS UNM Sudah Terapkan MBKM

Baca juga: Pj Ketum LDII: Ormas Menyambut Indonesia Emas

 

Kemakmuran tersebut tentu bukan kemakmuran untuk bangsa lain semata atau golongan tertentu, namun kemakmuran bersama. Menurut Singgih, selama masa reses dirinya terus mensosialisasikan empat pilar kebangsaan MPR, sembari menyerap aspirasi warga. Salah satunya, sosialisasi empat pilar kebangsaan di Kelurahan Begajah, Kabupaten Sukoharjo, Jawa Tengah, pada Sabtu (26/9/2020) lalu.

Menurutnya, dengan sosialisasi tersebut, Pancasila, UUD 1945, NKRI, dan Bhinneka Tunggal Ika, dapat dimengerti warga. Mereka, akhirnya memahami empat pilar kebangsaan lalu melaksanakannya dalam kehidupan sehari-hari. Sikap itu, akan menjadikan rakyat Indonesia siap dalam menghadapi konflik ekonomi dan politik negara-negara adidaya.

Follow Berita Lines Indonesia di Google News.

Follow Channel WhastApp Lines Indonesia di WhastApp.