MAKASSAR, LINES.id – Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi (Kemendikbud Dikti) meluncurkan program “Call for Proposal Program Matching Fund Tahun 2021”. Program ini dirancang untuk meningkatkan kemanfaatan dan relevansi sekaligus menyelaraskan pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di perguruan tinggi agar selaras dengan pemenuhan kebutuhan atau pemecahan permasalahan dunia usaha dan dunia industri (DUDI) dan masyarakat.
Sasaran yang ingin dicapai adalah peningkatan kualitas dan relevansi lulusan pendidikan tinggi melalui peningkatan kualitas dosen pendidikan tinggi, peningkatan kualitas kurikulum dan proses pembelajaran. Hal ini sejalan dengan kebijakan Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM) yang dicanangkan oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan pada awal 2020.
Sehubungan dengan program tersebut, perguruan tinggi swasta terbaik di Indonesia Timur, Universitas Muslim Indonesia (UMI) menjadi salah satu perguruan tinggi yang mengusulkan proposal untuk mendapatkan pendanaan.
Baca juga: Camaba FK UMI Telah Laksanakan Tes Terakhir Seleksi Tahap Kedua
“Dari perguruan tinggi negeri dan swasta seluruh Indonesia ada sekitar 1.500 proposal yang ikut serta, kemudian yang berhasil didanai untuk tahun ini sekitar 300 proposal termasuk UMI. Alhamdulillah, setelah melalui beberapa tahapan termasuk pemeriksaan substansi dan verifikasi kelayakan, UMI berhasil menjadi salah satu perguruan tinggi yang mendapatkan pendanaan,” ungkap Ketua Tim Peneliti Prof Dr Ir H Muh Hatta Fattah MS saat dikonfirmasi, Selasa (3/8/2021).
Prof Hatta yang juga Wakil Rektor V UMI mengungkapkan, keberhasilan ini karena program UMI relevan program nasional, “Sehingga UMI mendapatkan pendanaan dari Kemendikbud Dikti senilai Rp600.000.000,- dan UMI mengajukan untuk diprogramkan selama dua tahun, sehingga dana yang didapatkan senilai Rp1,2 miliar dari Kemendikbud Dikti,” ungkapnya.
Tujuan Program Matching Fund
Dijelaskan Prof Hatta Fattah, program Matching Fund pertama bertujuan untuk meningkatkan kualitas lulusan, “Jadi yang UMI usulkan adalah pengelolaan Teaching Factory dan Pendidikan Vokasi yang terintegrasi dengan ekosistem industri udang windu nasional,” katanya.
Teaching Factory adalah bagaimana mengembangkan sebuah industri yang tidak hanya berproduksi untuk penyediaan lapangan kerja dan peningkatan pendapatan daerah tetapi menjadi sarana bagi mahasiswa UMI untuk masuk ke dalam dunia kerja.
Baca juga: Audit Mutu Internal Program Studi 2021, Rektor UMI: Audit Menentukan Kualitas Perguruan Tinggi
“Sementara Pendidikan Vokasi, UMI berharap melalui program ini bisa melebarkan sayap untuk mengelola pendidikan vokasi dan pendidikan vokasi yang akan UMI kembangkan adalah bisnis udang secara digital,” urainya.
Kedua, program Matching Fund bertujuan untuk meningkatkan kualitas dosen. Di dalam penelitian, UMI juga akan melakukan penelitian-penelitian yang diperlukan oleh industri sehingga akan ada informasi temuan baru yang akan diperoleh para dosen.
“Melalui penelitian akan meningkatkan kualitas dan kompetensi para dosen, selain itu akan ada publikasi dan UMI merencanakan akan melahirkan satu hak paten dari kegiatan ini,” tuturnya.
Ketiga, tujuan dari program Matching Fund dari sisi substansi adalah untuk meningkatkan kualitas kurikulum dan pembelajaran. Dengan demikian kurikulum UMI harus diintegrasikan dengan kebutuhan industri dan lapangan kerja,
“Jadi kurikulum UMI nanti akan mengalami penyesuaian berdasarkan apa yang terjadi di industri dan lapangan kerja. Selanjutnya, para pelaku industri akan mengajar di UMI sehingga program ini akan memperbaiki kualitas kurikulum dan pembelajaran,” pungkas Prof Hatta Fattah.
Follow Berita Lines Indonesia di Google News.
Follow Channel WhastApp Lines Indonesia di WhastApp.