Kabar Baik! Perusahaan Farmasi Global Kembangkan Vaksin Virus Corona

Penelitian COVID-19
Foto: Ilustrasi vaksin virus corona (sumber: tribunnews.com)

JAKARTA, LINES.id – Berbagai perusahaan dan negara berlomba-lomba mengembangkan obat dan vaksin untuk virus corona. Kalaupun vaksin berhasil dikembangkan, bukan berarti masalah akan selesai begitu saja.

Dilansir CNBC Indonesia, virus corona kini sudah menginfeksi lebih dari dua juta orang di dunia. Angka kematian akibat pandemi kini mencapai 137 ribu jiwa. Artinya tingkat mortalitasnya mencapai 6,6%.

Virus ini terus menyebar luas hingga kini telah merebak ke lebih dari 185 negara dan teritori. Jenis virus corona yang sekarang menjangkiti dunia adalah tipe baru yang belum ada obat dan vaksinnya. Ketiadaan obat dan vaksin inilah yang memperparah penyebaran dari virus.

Saat ini perusahaan-perusahaan farmasi global Amerika, Perancis, Jerman hingga China sedang berlomba-lomba untuk mengembangkan vaksin dan obat untuk virus corona. Dari penelusuran Tim Riset CNBC Indonesia, saat ini ada 12 proyek pengembangan vaksin untuk corona.

Jenis vaksin yang dikembangkan mulai dari yang sederhana yakni berupa organisme patogen yang dilemahkan sampai yang sifatnya berteknologi tinggi menggunakan materi genetik dan protein rekombinan.

Berikut ini adalah daftar perusahaan yang mengembangkan vaksin untuk virus corona secara global :

Jenis vaksin corona yang saat ini sedang dikembangkan

Nama Perusahaan  Asal Jenis Vaksin
Zydus Cadila India DNA vaccine
Sinopharm Group China Inactivated vaccine
Sanofi Perancis Protein-based
Pfizer, BioNTech Amerika, Jerman RNA vaccine
Novavax, Emergent BioSolutions Amerika Protein-based
Moderna, NIH Amerika RNA vaccine
J&J Amerika Viral vector
Institut Pasteur Perancis Live attenuated vaccine
Inovio Pharmaceuticals Amerika DNA vaccine
Generex Biotechnology, EpiVax Canada, Amerika Protein-based
CureVac Jerman RNA vaccine
BioNTech, Fosun Pharma Jerman, China RNA vaccine

Vaksin digunakan untuk meningkatkan respon imun bagi resipien. Artinya vaksin akan memicu sistem imun manusia memproduksi antibodi. Selanjutnya ketika orang yang divaksinasi terpapar ke patogen, sistem imun akan mengenali patogen dan merespons lebih cepat.

Baca juga: Kekebalan Misterius Warga Bali dari Virus Corona Jadi Sorotan Media Asing

Baca juga: Program Kartu Prakerja di Masa Pandemi Dinilai Tak Tepat Sasaran

 

Dari semua vaksin yang dikembangkan dan berada dalam pipeline untuk uji klinis, jenis vaksin produksi Moderna yakni mRNA-1273 merupakan kandidat vaksin yang paling berprogres. Saat ini mRNA-1273 tengah menjalani uji klinis tahap I.

Ketika kandidat vaksin lain baru akan uji klinis tahap pertama paling awal bulan Mei nanti. mRNA-1273 yang dikembangkan Moderna akan masuk uji klinis tahap II beberapa bulan ke depan. Perusahaan tersebut juga sudah mulai membangun fasilitas produksi.

Jenis vaksin corona dalam pipeline uji klinis

Nama Perusahaan Item Jenis vaksin Status
Moderna mRNA-1273 RNA vaccine Uji klinis fase I sedang berlangsung
Inovio INO-4800 DNA vaccine Uji percobaan klinis fase I
CureVac n/a RNA vaccine Uji klinis fase I pada Juni
Novavax n/a Recombinant spike protein Uji klinis fase I pada Mei-Juni
J&J n/a Non-self-replicating virus vector Uji Preklinis
CSL/GSK n/a Protein vaccine Selesai uji preklinis
Generex n/a Peptide vaccine Uji klinis I pada Juni
Medicago Virus-like particle Plant based protein vaccine Uji klinis I pada Juli-Agustus
Altimmune NasoVAX Influenza vaccine Uji klinis I pada Agustus
Daftar perusahaan yang kembangkan obat untuk sembuhkan pasien corona

Berbeda dengan vaksin, obat digunakan untuk menyembuhkan orang yang sakit dan bukan memberi dampak pada peningkatan kekebalan tubuh. Namun dalam kasus pandemi seperti ini, virus dan obat sama-sama dibutuhkan untuk melawan corona.

Banyak sekali perusahaan-perusahaan farmasi asal Amerika Serikat (AS) mulai menggarap proyek pengembangan obat antivirus corona. Berbagai kelas obat antivirus mulai dari antibodi hingga jenis yang paling canggih seperti small interfering RNA (siRNA) dan protein fusi terus dikembangkan.

Jenis obat-obatan yang dikembangkan untuk virus corona

Nama Perusahaan Asal Jenis Vaksin
Eli Lilly, AbCellera Biologics Amerika, Canada Antibody
Takeda Pharmaceuticals Jepang Antibody
Biogen, Vir Technology Amerika Antibody
NIH Amerika Antibody
Regeneron Pharmaceuticals Amerika Antibody
Sorrento Therapeutics Amerika Fusion protein
Vir Biotechnology, Alnylam Amerika siRNA
Sirnaomics Amerika siRNA
Vir Biotechnology, WuXi Biologics Amerika, China Antibody
Insilico Medicine Amerika Small molecule
Enanta Pharmaceuticals Amerika Small molecule
Celltrion Korea Selatan Antibody

Untuk saat ini beberapa jenis obat antivirus lain digunakan untuk menyembuhkan penyakit akibat infeksi virus corona. Beberapa jenis obat menunjukkan respons yang baik dan beberapa justru tidak berdampak apa-apa.

Obat-obatan yang digunakan untuk melawan virus corona saat ini bermacam-macam seperti Kaletra (obat HIV), Chloroquine (malaria), Avigan (influenza), Remdesivir (ebola) dan Interferon alfa (hepatitis B).

Dari jenis obat-obat tersebut yang menunjukkan efektivitas yang tinggi adalah jenis Remdesivir. Jenis obat ini gagal mendapat persetujuan sebagai obat ebola. Namun untuk saat ini remdesivir digunakan untuk menyembuhkan pasien corona di AS.

Untuk Avigan banyak digunakan di Jepang, Chloroquine dan Kaletra direkomendasikan digunakan untuk Korea Selatan, sementara Tamiflu saat ini digunakan di Jepang.

Baca juga: Kompak! GP Ansor, LDII dan Muhammadiyah Bersatu Perangi Covid-19

Baca juga: Sambil Naik Traktor, Petugas Usir Bule yang Nekat Berjemur di Pantai

 

Tantangan besar saat vaksin dan obat virus corona ditemukan

Sekalipun vaksin dan obat berhasil dikembangkan, tantangan besar masih menanti. Tantangan tersebut beragam dan kompleks. Tantangan yang dihadapi mulai dari yang sifatnya teknis hingga yang bersifat sosial-ekonomi.

Dari aspek teknis, tantangannya adalah bagaimana memproduksi vaksin atau obat tersebut dengan skala besar. Mengacu pada jurnal Nature, bahwa waktu yang dibutuhkan untuk mengembangkan suatu vaksin paling cepat adalah 12-18 bulan.

Kemungkinan besar vaksin baru ditemukan setelah pandemi ini reda. Namun bukan berarti pengembangan vaksin jadi sia-sia. Vaksin tetap dibutuhkan karena pandemi tidak akan benar-benar hilang dan bisa berubah menjadi penyakit musiman seperti flu.

Aspek teknis yang jadi sorotan adalah skala produksi vaksin itu sendiri ketika sudah ditemukan. Jika jenis vaksin yang digunakan masih berupa patogen yang dilemahkan, maka tidak ada masalah dalam produksi skala industrinya mengingat teknologi ini sudah digunakan sejak tahun 1950.

Vaksin virus corona
Foto: Ilustrasi vaksin corona (sumber: Tempo.co)

Beda cerita jika jenis vaksin yang dikembangkan adalah yang berteknologi jenis canggih seperti DNA dan protein rekombinan. Untuk vaksin yang tergolong ke dalam kelas protein rekombinan atau subunit, tidak bisa langsung diberikan ke pasien.

Vaksin harus diberikan bersama adjuvant agar lebih efektif dalam meningkatkan sistem kekebalan. Namun masalahnya adalah di saat pandemi seperti ini, jenis adjuvant yang biasa digunakan kemungkinan besar mengalami kelangkaan.

Jadi masalah teknis tentang produksi massal pun juga menimbulkan tantangan lain yang harus dijawab yaitu apakah jumlah tersebut mencukupi untuk jumlah orang yang membutuhkan.

Masalah lain yang muncul adalah mewujudkan program imunisasi global yang inklusif. Ketimpangan ekonomi dan sosial antar negara menjadi hambatan terbesar bagi distribusi dari vaksin maupun obat.

Negara-negara dengan sistem kesehatan yang paling buruk sebenarnya menjadi negara yang paling rentan terhadap pandemi. Namun negara-negara ini juga menjadi negara yang paling susah untuk mendapatkan akses ke vaksin maupun pengobatan yang dibutuhkan.

Harapan memang ada. Jangan pernah berhenti berharap. Namun di setiap kemajuan yang berhasil dicapai, masalah atau tantangan baru pasti muncul. Optimisme tetap harus dijaga sembari terus mencari solusi terbaik bagi permasalahan atau pun tantangan yang dihadapi. Semoga tragedi kemanusiaan akibat pandemi ini cepat berlalu. Amin….

Follow Berita Lines Indonesia di Google News.

Follow Channel WhastApp Lines Indonesia di WhastApp.