HIV/AIDS Antara Stigma dan Diskriminasi Terhadap ODHA

Hari AIDS Sedunia

LINES.id – Tanggal 01 Desember merupakan peringatan Hari AIDS Sedunia. Sampai dengan saat ini, Orang Dengan HIV/AIDS (ODHA) lekat dengan stigma. Mulai dari penyakit kotor, mudah menular, hingga mematikan. Stigma ini terus berputar dalam ‘lingkaran setan’ yang membuat ODHA terdiskriminasi dan sulit mendapatkan pengobatan.

Stigma pada ODHA berawal sejak pertama kali kasus HIV/AIDS ditemukan di Indonesia pada era 1990-an. Kasus pertama itu diketahui muncul pada kaum LGBT di Bali disusul menjangkiti sekelompok waria.

Pemberitaan yang negatif juga turut memupuk stigma di masyarakat, bukan hanya di Indonesia, tapi juga dunia.

HIV/AIDS Anak
Ilustrasi: Hari AIDS Sedunia

Kasus terbaru, misalnya, tiga siswa SD di Samosir, Sumatera Utara, tidak diizinkan bersekolah karena mengidap HIV dan dikhawatirkan akan menular. Ada pula pemakaman jenazah penderita HIV/AIDS yang ditolak di beberapa daerah. Kasus ini muncul akibat stigma yang masih melekat pada ODHA.

Stigma di Masyarakat

Beberapa stigma masih menjadi masalah penanggulangan HIV/AIDS di Indonesia. Pertama, masyarakat dianggap masih belum bisa membedakan antara HIV dan AIDS.

HIV merupakan Human Immunodeficieny Virus yang menyerang sistem kekebalan tubuh manusia. Orang dapat terjangkit HIV dalam waktu yang lama tanpa menimbulkan gejala.

Sedangkan AIDS, merupakan gejala penyakit yang ditimbulkan akibat infeksi HIV. AIDS muncul setelah HIV menyerang sistem kekebalan tubuh dalam waktu lama.

Stigma lain yaitu HIV/AIDS mudah menular sehingga memunculkan diskriminasi dalam pergaulan dan lingkungan kerja pada ODHA.

Misalnya di wilayah kerja tidak diterima, ada yang di dalam pergaulan tidak mau menerima, tidak mau berbagi makanan dan sebagainya.

HIV/AIDS termasuk salah satu virus yang sulit menular karena virus ini akan mati beberapa saat di udara bebas. Virus ini hanya bisa menular melalui darah ke darah, hubungan seksual, dan jarum suntik. Berganti alat makan dan alat mandi yang disebut bisa menularkan HIV/AIDS hanya mitos belaka.

Stigma lain juga muncul pada tenaga kesehatan saat menangani ODHA. Beberapa tenaga medis menolak merawat ODHA.

Dokter yang menangani isu HIV/AIDS lebih terbuka, tetapi di luar isu itu, misalnya di klinik gigi, kalau dokter mengetahui statusnya, maka perlakuannya agak berbeda.

Menghapus Stigma

Untuk bisa menyetop stigma yang terus bergulat di lingkaran setan ini, banyak pihak mesti bahu-membahu membuka mata masyarakat.

Dari para penderita,  ODHA diminta agar mengubah pola hidup sehat dengan meminum obat secara teratur, mengembalikan berat badan, dan tetap beraktivitas. Selama ini stigma juga muncul lantaran ODHA identik dengan tubuh kurus, lemas, dan menutup diri.

Di sisi lain, penyebaran informasi yang benar mengenai HIV/AIDS harus diperluas. Masyarakat dinilai harus membuka diri untuk menerima informasi.

Salah satu tantangan yang dihadapi saat ini adalah pendidikan seksual, termasuk HIV/AIDS yang sulit masuk ke lingkungan sekolah.

Pemerintah, melalui Kementerian Kesehatan, juga diminta semakin gencar menyebarkan informasi mengenai HIV/AIDS.

Follow Berita Lines Indonesia di Google News.

Follow Channel WhastApp Lines Indonesia di WhastApp.