JAKARTA, LINES.id – Para peternak rakyat mandiri tengah menghadapi dominasi bisnis integrator atau perusahaan raksasa perunggasan. Namun, Ketua Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) Kodrat Wibowo dalam sebuah wawancara dengan Radio Elshinta pada Senin (29/3/2021), menyebut monopoli boleh saja tapi perilakunya yang tak boleh.
“Di negara manapun monopoli ada, di Indonesia terdapat PT KAI dan PLN, yang tak boleh itu monopoli yang berperilaku kartel. Monopoli juga boleh asalkan terjadi secara natural, siapa yang paling efisien itu yang menang sehingga pesaingnya mati,” ujar Kodrat Wibowo dalam program Power Breakfast di Radio Elshinta, Senin (29/3/2021).
Pernyataan Ketua KPPU Picu Kontroversi
Pernyataan Kodrat memicu kritik dari akademisi dan para peternak ayam yang tergabung dalam Koperasi Wira Sakti Utama Bogor. Guru Besar Peternakan Institut Pertanian Bogor (IPB) Prof Muladno mengatakan pernyataan Ketua KPPU Kodrat Wibowo memicu kontroversi di kalangan peternak, ketika mereka menghadapi dominasi perusahaan raksasa.
“Perusahaan besar atau integrator itu memiliki inti plasma yang juga bermitra dengan peternak kecil dan didukung pemerintah, tapi ada banyak peternak mandiri yang mengalami kerugian akibat persaingan yang tak sehat atau dominasi dari perusahaan besar,” ujar Muladno.
Menurut Muladno walaupun monopoli tidak masalah tapi pernyataan tersebut berakibat pro dan kontra, “Pernyataan KPPU tersebut memiliki semangat untuk membesarkan usaha, meningkatkan efisiensi, dan produktivitas dengan melibatkan rakyat dalam plasma, itu sah-sah saja,” ujarnya. Menjadi persoalan bila usaha inti plasma mereka besar, lalu memusnahkan peternak mandiri. Itu yang bahaya.
Pada titik ekstrem, masyarakat yang bermitra dalam plasma, keuntungan mereka yang datar-datar saja itu, bisa saja suatu saat dikurangi oleh integrator, menurut Muladno. Artinya, sudah tidak ada kontrol lagi terhadap dominasi integrator.
Baca juga: DPR Desak Kemendag dan BKPM, Impor Bibit Ayam Harus Senafas dengan UU Cipta Kerja
Baca juga: Rembuk Perunggasan Nasional VIII Canangkan Gerakan Konsumsi Ayam dan Telur
“Bila perusahaan besar bisa memenangi monopoli yang terjadi secara natural, maka peternak mandiri harus berkolaborasi dengan pemerintah daerah dan akademisi,” ujar Muladno. Pemerintah daerah harus melindungi peternak dengan membuat kebijakan yang berpihak kepada peternak mandiri, dan akademisi bekerja membantu dengan inovasi-inovasi untuk produksi yang efisien dan menghasilkan unggas yang berkualitas.
“Saya melihat perusahaan besar perunggasan juga bersaing satu sama lain. Bila antargajah bersaing, secara sadar dan tidak sadar yang kecil-kecil mati semua,” imbuhnya.
Monopoli Hanya Boleh Dilakukan oleh Negara
Menyikapi pernyataan Ketua KPPU Kodrat Wibowo, Anggota DPR RI dari Fraksi Golkar Singgih Januratmoko menyebut praktik monopoli hanya boleh dilakukan oleh negara, terutama yang menguasai hidup rakyat banyak termasuk dalam hal ini pangan, “Bila monopoli dilakukan dalam dunia usaha yang menyentuh kehidupan rakyat banyak, akan membahayakan pasokan dan dari sisi usaha para pelaku usaha kecil bisa mati,” ujarnya.
Dalam bisnis perunggasan, menurut Singgih para peternak mandiri memiliki modal terbatas. Dalam kondisi harga buruk dan pandemi, peternak mandiri akan kehabisan modal. Sementara integrator yang modalnya besar memiliki nafas panjang, “Secara natural peternak rakyat mandiri akan musnah, dan terciptalah monopoli integrator. Meskipun natural, negara ini tak boleh tinggal diam ketika ada sebagian rakyat yang kehilangan mata pencariannya,” kata Singgih yang juga Ketua Umum DPP Perhimpunan Insan Perunggasan Rakyat Indonesia (Pinsar).
Bila pemerintah tak hadir dalam bisnis perunggasan, lalu tercipta monopoli, maka secara esensi negara mengkhianati amanat untuk melindungi dan menyejahterakan rakyat, “Ini yang harus diperhatikan oleh KPPU, bahwa negara menjamin dan melindungi rakyatnya. Praktik monopoli oleh pengusaha tak bisa dibenarkan,” pungkas Singgih.
Narahubung: Sekretaris Jenderal Gabungan Asosiasi Pengusaha Peternak Ayam Nasional (GOPAN) Sugeng Wahyudi 0812-1929-0636
Follow Berita Lines Indonesia di Google News.
Follow Channel WhastApp Lines Indonesia di WhastApp.