JAKARTA, LINES.id – Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) menguat di kurs tengah Bank Indonesia (BI). Rupiah pun perkasa di perdagangan pasar spot.
Kurs tengah BI atau kurs acuan Jakarta Interbank Spot Dollar Rate/Jisdor berada di Rp 14.321, Jumat (6/11/2020). Rupiah menguat 0,82% dibandingkan posisi hari sebelumnya. Di ‘arena’ pasar spot, rupiah pun hijau. Pada pukul 10:00 WIB, US$ 1 dihargai Rp 14.280 di mana rupiah menguat 0,63%.
Dilansir CNBCIndonesia, kala pembukaan pasar, rupiah menguat 0,84% ke Rp 14.280/US$, terkuat sejak awal Juli. Apresiasi rupiah agak menipis seiring perjalanan pasar, tetapi dolar AS masih terjaga di bawah Rp 14.300.
Sementara mata uang utama Asia lainnya bergerak variatif di hadapan dolar AS. Selain rupiah, ada pula rupee India, ringgit Malaysia, peso Filipina, dan baht Thailand yang juga menapaki jalur hijau. Namun seperti kemarin, rupiah masih jadi terbaik di Asia.
Baca juga: Pilpres AS, Saham Kelas Kakap Diborong Asing
“Ekonomi memang tumbuh, tetapi saya belum bisa bilang semua orang nyaman soal ini. Kita sudah melalui 5-6 bulan yang lebih baik dari perkiraan. Namun kita belum bisa berpuas diri, pandemi belum pergi,” kata Powell dalam jumpa pers usai rapat bulanan Komite Pengambil Keputusan (Federal Open Market Committee/FOMC), seperti dikutip Reuters.
Pada kuartal III-2020, AS membukukan pertumbuhan ekonomi -2,91%. Masih negatif, tetapi jauh lebih baik dibandingkan kuartal sebelumnya yang -9,03%.
Pemulihan ekonomi
Menurut Powell, ekonomi belum akan kembali normal seperti sebelum pandemi virus corona selagi masyarakat masih ragu untuk beraktivitas di luar rumah. Artinya, kehadiran vaksin yang bisa menangkal virus yang awalnya menyebar di Kota Wuhan, Provinsi Hubei, Republikm Rakyat China itu menjadi sangat vital.
“Pemulihan ekonomi dalam skala penuh sulit terjadi sampai masyarakat yakin untuk kembali beraktivitas. Untuk saat ini, pembatasan sosial (social distancing) dan masker sangat dibutuhkan untuk membatasi penularan virus dan mendukung perekonomian,” lanjut Powell.
Oleh karena itu, sepertinya tren suku bunga rendah masih akan terjadi di Negeri Paman Sam sebelum pandemi virus corona bisa dikendalikan. Jadi berinvestasi di aset-aset berbasis dolar AS (terutama yang berpendapatan tetap) kurang menarik, dan investor tentu mencari yang lebih mendatangkan cuan.
Baca juga: UMP 2021 DKI Jadi Rp 4,4 Juta, Gubernur Anies Tetapkan Syarat
Baca juga: Pemerintah Lelang Murah Toyota Alphard hingga Villa
Indonesia adalah salah satu pilihannya. Keuntungan yang didapat dari aset-aset di pasar keuangan Tanah Air sangat menjanjikan.
Misalnya di obligasi pemerintah. Saat ini imbal hasil (yield) surat utang tenor 10 tahun berada di 6,609%. Dengan inflasi yang sampai akhir Oktober di 1,44% year-on-year, maka keuntungan riil yang didapat investor adalah 5,169%. Menarik bukan.
Tidak heran investor, termasuk asing, berkerumun di pasar Surat Berharga Negara. Per akhir Oktober, kepemilikan asing di SBN mencapai Rp 954,95 triliun. Naik Rp 21,8 triliun dibandingkan akhir bulan sebelumnya.
Derasnya arus modal ke pasar keuangan Indonesia, terutama ke SBN, menjadi modal penguatan rupiah. Jika tren suku bunga rendah di AS terus membuat investor mencari cuan di Indonesia, maka laju penguatan rupiah sepertinya belum akan terhenti.
Follow Berita Lines Indonesia di Google News.
Follow Channel WhastApp Lines Indonesia di WhastApp.